Jika kamu di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu……
(Yohanes 14:20; Yohanes 15:4-5)
Mengenai pernyataan Tuhan ini, jika kita menggunakan akal sehat manusia akan sulit memahaminya.
Bagaimana kita bisa di dalam Tuhan, dan bagaimana Tuhan ada di dalam kita....???
Untuk memahami pernyataan Tuhan Yesus ini, pertama-tama kita harus memiliki keyakinan dan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Ia segalanya; Tuhan Yesus memiliki kemampuan yang jauh diatas kita semua, manusia. Ini adalah hal mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika tidak memiliki keyakinan demikian, maka selamanya kita tidak akan pernah mampu memahami pernyataan Tuhan Yesus ini.
Pembahasan pertama adalah pernyataan ”Jika kamu di dalam Aku”
Pernyataan tersebut menggambarkan keadaan, yaitu ada 2 pihak dimana yang satu ada diluar dan yang lain ada di dalam.
Kedua posisi tersebut memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Untuk posisi yang diluar, harus selalu siap untuk dipantau, diperhatikan, di ”expose”, dipuji/dipuja, dihargai, atau sebaliknya mendapat ancaman, bahaya, cercaan, direndahkan, disingkirkan, dan sebagainya.
Posisi yang didalam, satu-satunya yang harus disikapi adalah siap untuk dilupakan orang namun merasa aman dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Karena melibatkan 2 pihak, maka diperlukan kerjasama yang baik agar dapat menghasilkan dampak positif bagi kedua belah pihak. Untuk pihak yang diluar haruslah pihak yang sangat tangguh untuk menghadapi segala ancaman/bahaya dan bahkan mampu mengatasinya dan mengubahnya menjadi benefit bagi kedua pihak, juga yang tidak mudah tinggi hati apabila dipuji/dipuja, tidak mudah putus asa apabila dicerca, direndahkan atau bahkan ditinggalkan. Intinya, pihak yang diluar tidak boleh gagal, karena kegagalannya akan menyebabkan kegagalan pada kedua pihak (pihak yang di dalam akan terkena dampaknya juga).
Sementara pihak yang didalam harus pihak yang selalu mendukung pihak yang diluar tidak boleh menentangnya. Karena pihak yang didalam tidak tahu persis keadaan diluar; harus percaya 100% kepada pihak yang diluar. Jika pihak yang didalam ingin ikut mengatur pihak yang diluar maka akan banyak timbul masalah.
Jika kedua pihak dapat bekerjasama, maka pihak yang diluar akan dapat bekerja dengan baik dan membawa keuntungan kepada kedua pihak.
Pengertian sederhana tentang hubungan ini, dapat kita lihat pada hubungan suami istri. Suami adalah pihak yang diluar sementara istri adalah pihak yang di dalam. Bila sebuah rumah tangga berhasil, maka yang akan dikenal adalah nama kepala keluarganya yaitu suami; walaupun keberhasilan itu merupakan hasil kerjasama antara suami dan istri. Sebaliknya bila kegagalan yang terjadi, maka pihak yang paling bertanggung jawab adalah suami; walaupun kegagalan itu adalah hasil kerjasama antara suami dan istri.
Bagaimana hubungan ini terjadi antara manusia dengan Tuhannya? Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak tahu hal-hal yang akan terjadi dimasa depan dan kita tidak dapat memprediksi perilaku orang-orang sekitar kita terhadap kita. Beberapa orang bijak mengatakan masa depan adalah misteri; sementara itu orang-orang disekitar kita yang memuji kita dapat mencerca, memfitnah kita juga. Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika kita tidak menjadi pihak yang diluar. Biarlah Kristus menjadi pihak yang diluar, dan kita menjadi pihak yang di dalam. Karena Kristus memiliki kemampuan diatas manusia, Dia mampu melindungi kita dari segala ancaman/mara bahaya bahkan mengubahnya menjadi berkat/benefit buat kita yang menjadi pihak yang didalam; Dia juga tidak mudah jatuh karena pujian atau cercaan sekalipun; Dia mampu melihat kejadian-kejadian yang akan datang. Menjadi pihak yang didalam kita akan merasa aman dan tenang dari semua kejadian didunia ini. Hal yang harus kita persiapkan hanyalah kita harus siap dilupakan orang.
Kebanyakan orang ingin menjadi pihak yang diluar karena mereka:
- Tidak sabar untuk sukses atau dalam menghadapi permasalahan; segala sesuatu akan diusahakan dengan kemampuan sendiri (cari akal/jalan sendiri untuk cepat kaya, sehat, bahagia, keluar dari masalah, dsbnya).
- Perlu pengakuan dari orang lain sebagai orang yang ”berhasil/Hebat”
Dengan 2 alasan diatas banyak orang terjatuh dalam berbagai masalah; banyak yang stress/depresi, kehilangan keharmonisan keluarga, menderita sakit penyakit yang berat, dsbnya.
Orang yang berusaha dengan kekuatan sendiri akan hidup dengan penuh perjuangan. Dalam perjuangan, pasti kita semua tahu ada slogan yang mengatakan “tiada perjuangan tanpa pengorbanan”. Berarti orang yang berusaha dengan kekuatan sendiri harus terus berjuang dan berkorban apapun untuk mencapai tujuannya. Jika tercapai tujuannya, itu bagus. Bagaimana jika tidak mencapainya? Dan saya percaya, jika suatu tujuan sudah tercapai akan dicari tujuan-tujuan baru dan akan terus begitu. Bukankah itu sesuatu yang melelahkan kita?? Berapa besar pengorbanan yang harus kita berikan hanya untuk mencapai tujuan-tujuan yang sifatnya sementara?? Sepadankah???
Juga orang yang ingin dipuji, dihargai atau dihormati oleh orang lain akan mengalami kegetiran hidup bila saatnya tiba, yaitu saat orang-orang yang memujinya ternyata orang-orang yang mencercanya juga; atau saat semua orang telah meninggalkannya karena orang tersebut sudah tua dan tinggal duduk dikursi roda seorang diri (hanya ditemani oleh suster); atau saat semua orang meninggalkannya karena orang tersebut telah kehilangan segala kemewahannya/kegagahannya/kehebatannya. Saat itu, orang-orang seperti ini akan mengalami masa sepi yang amat sangat. Semua itu belum diperhitungkan hal-hal seperti banyak orang yang iri hati dengannya dan melakukan hal-hal untuk menjatuhkan atau menyakitinya. Juga pengorbanan yang harus dilakukan untuk mempertahankan kemewahan/ kegagahan/kehebatannya tidaklah sedikit.
Kita kita perlu memutuskan dengan sadar, apakah kita ingin menjadikan Kristus sebagai pihak yang diluar dan kita menjadi pihak yang didalam atau sebaliknya. Setiap keputusan memiliki implikasinya.
Jika pembaca ingin mendapat perlindungan dari ancaman dan mara bahaya, namun tetap dapat menikmati hidup dalam keadaan tenang dan damai....menurut saya, jadikan Tuhan Yesus pihak yang diluar.
Namun jika pembaca ingin mendapatkan pujian dari orang lain dan siap untuk menanggung semua masalah dan penderitaan, maka pembaca tidak perlu memikirkan tulisan ini. Karena pembaca akan secara otomatis telah menjadi pihak yang diluar.
Yang terakhir, orang kristen sering bersikap tidak etis terhadap Kristus; pada saat ada keberhasilan banyak orang kristen sering ingin dipuji/dihargai oleh orang-orang disekitarnya. Ini berarti kita ingin tampil menjadi pihak yang diluar. Jika kita ingin ”keluar”, ingat ayat 1 Petrus 5:8, kita akan diterkam oleh iblis. Artinya kira akan mengalami banyak problem dan kepahitan; saat itu mungkin kita akan bertanya apakah Tuhan masih ada?? Mengapa Ia tidak menolong saya??. Penyebab utama adalah kita keluar dari tempat yang seharusnya yaitu ”didalam”
Mungkin pembaca bertanya, bagaimana menjadikan Tuhan Yesus pihak yang diluar dan kita menjadi pihak yang di dalam??
Menurut pengalaman saya pribadi, menjadikan Tuhan Yesus pihak yang diluar adalah
- Memerangi dalam diri kita secara terus menerus saat ada perasaan ingin diakui/dihargai oleh orang-orang disekitar kita. Caranya kita harus katakan dalam hati kita bahwa kita lakukan semua hal adalah HANYA karena Kristus bukan untuk diri sendiri, keluarga, boss atau lainnya. Katakan terus sampai perasaan ingin dihargai itu hilang secara perlahan-lahan.
- Saat kita dihina, disingkirkan, dibuang, direndahkan, ingat kita lakukan semua hal HANYA untuk Kristus. Jadi tidak perlu merasa tersingkir, terhina akan akibat dari hal-hal yang kita lakukan. Juga ingat Kasih Kristus itu lebih dari cukup untuk kita hidup dibumi ini. Walaupun orang-orang dekat kita menyingkirkan kita atau bahkan orang-orang sedunia meninggalkan kita, ingat Tuhan ada bersama kita.
- Jika kita berhasil melakukan kedua hal tersebut diatas secara terus menerus, maka Tuhan akan menunjukkan kehadiranNYA dalam hidup kita. Banyak hal-hal yang diluar pemikiran kita akan terjadi. Kita akan tinggal tenang, tidak resah/gelisah/cemas....maka hidup kita dibumi akan seperti di surga
Oleh: Andreas H. Purwadi
|